Rabu, 06 April 2016

Sederhana

Sederhana sepertinya adalah kata yang biasa kita dengar. Yang  saya ingin bahas lebih dalam adalah proses penyederhanaan (bukan Rumah Makan Padang Sederhana, ya, hehe). Sering kali saya mendengar seakan-akan proses menyederhanakan disepelekan atau dianggap mudah. Sederhana berbeda dengan mudah. Kedua kata tersebut punya makna yang berbeda. Untuk menjelaskan sesuatu dengan sederhana kita perlu memahami konteks dan konten secara mendalam. Seperti kata si jenius Leonardo da Vinci, “Simplicity is the most ultimate sophistication”.
Ukuran seorang guru adalah pengertian murid. Jika guru kelihatan pintar tetapi murid tetap bodoh, artinya gurunya gagal mengajar. Begitu pula di dalam perusahaan, seorang pemimpin perlu berbagi pengetahuan (know–how) yang diterapkan menjadi action keseharian (show-how). Begitu kata Dr. Marshall Goldsmith yang adalah executive coach no. 1 di dunia. Jika proses transfer ilmu ini tidak berjalan baik atau bahkan tidak terjadi, jangan harap semua proses akan berjalan baik pula. 
Proses penyederhanaan bisa diterapkan di semua bagian dalam perusahaan atau organisasi. Misalnya menyederhanakan proses pencarian barang barang dengan pengelompokan, memangkas jumlah proses dalam suatu pekerjaan (semakin banyak human touch point, semakin tinggi tingkat kesalahan), memastikan jobdes yang dilakukan sesuai dengan PiC (person in charge) yang mengerjakannya, dan lain sebagainya. 
Menyederhanakan proses mempermudah kita dan team kita dalam bekerja sehingga akan mempercepat proses pembuatan produk ataupun jasa. Jika kita menggaji team per bulan, artinya setiap hari pun ada nilai uang yang kita bayarkan. Untuk itulah kita perlu mempercepat proses. Sampai sekarang saya masih sering geleng-geleng kepala jika mendengar stigma orang-orang pemerintahan yang berbunyi kira-kira begini: Kalau bisa lambat, mengapa dipercepat? Kalau bisa mahal, mengapa dibuat lebih murah? Kalau bisa susah, mengapa dipermudah? Hal-hal inilah yang perlu diubah! 
Bagaimana kita memulai? Mulailah dengan memperhatikan. Diam dan perhatikan setiap proses Anda. Dalam Toyota Production System (TPS) dikenal 3Gen: Genba, Genbutsu, Genjitsu:
  1. Genba       = actual place
  2. Genbutsu = actual parts/products
  3. Genjitsu   = actual data/situation
Anda perlu mengunjungi tempat kejadian yang ingin Anda perbaiki proses kerjanya. Anda perlu lihat barang yang kualitasnya ingin Anda tingkatkan. Anda perlu mengumpulkan data berdasarkan pengamatan langsung tersebut. 
Di mana Anda bisa mulai perbaikan? Di tempat dimana kesalahan paling rawan (dan kemungkinan besar paling sering) terjadi. Sederhanakan prosesnya dan dapatkan manfaatnya. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar